KJRI Johor Bahru Bersama PWI Batam Sepakat Gaungkan Segitiga ‘Sijori’ Cepat Terealisasi

Batam, Headline38 Dilihat

BATAM – Istilah ‘Sijori’ tentunya tidak asing lagi di telinga masyarakat Kepulauan Riau (Kepri). Sebab, Sijori sendiri memiliki kepanjangan Singapura, Johor (Malaysia) dan Kepulauan Riau (Indonesia), yang merujuk pada kerjasama tiga negara. Didirikan pada tahun 1994, atau lebih dikenal sebagai Segitiga Pertumbuhan Sijori.

Ini merupakan inisiatif untuk meningkatkan kerjasama ekonomi dan integrasi di antara ketiga wilayah tersebut. Fokusnya adalah memperbaiki infrastruktur, transportasi, dan saluran komunikasi untuk meningkatkan perdagangan dan investasi. Letak geografis yang dekat dari ketiga wilayah ini membuatnya cocok untuk upaya kolaboratif guna mengoptimalkan potensi ekonominya.

Wilayah Sijori terletak secara strategis, dengan Singapura sebagai pusat keuangan global dan perdagangan utama di kawasan tersebut, Johor memiliki basis industri dan proyek pembagunan yang kuat, dan Kepulauan Riau memiliki kekayaan akan sumber daya alam dan beberapa pulau yang telah menjadi pusat kegiatan pariwisata seperti di pulau Batam dan di pulau Bintan. Kerjasama di kawasan ini berpotensi menciptakan zona ekonomi yang lebih dinamis.

Hanya saja, seiring perjalanan waktu kerjasama Sijori mulai meredup. Fokus kerjasama mulai bergeser dan intensitas kerjasama antar ketiga wilayah tersebut mulai berkurang. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi, salah satunya perubahan fokus pembangunan. Singapura mulai fokus pada pembangunan internal dan diversifikasi ekonomi, sementara Johor dan Kepri juga mengembangkan potensi masing-masing.

Faktor lain, munculnya inisiatif kerjasama lain di tingkat regional, seperti IMS-GT (Indonesia-Malaysia-Singapura Growth Triangle), yang kemudian menggantikan Sijori. Selain itu, masing-masing negara dan wilayah memiliki prioritas pembangunan yang berbeda, sehingga fokus kerjasama Sijori mulai terbagi.

Meskipun demikian, upaya untuk menghidupkan kembali kerjasama Sijori masih terus dilakukan. Gubernur Kepulauan Riau Ansar Ahmad, pernah menyuarakan wacana kebangkitan Sijori, dengan harapan dapat mengoptimalkan potensi ekonomi dan pembangunan di ketiga wilayah tersebut.

Hal senada pun, juga tengah diupayakan Konsul Jenderal Republik Indonesia di Johor Bahru, Sigit Suryantoro Widiayanto. Saat ini, ia sendiri menyaksikan bagaimana pesatnya perkebangan kerjasama yang dilakukan Malaysia dengan Singapura. Salah satunya ialah pembangunan Rapid Transit System (RTS) Link Johor Bahru-Singapura.

RTS sendiri merupakan proyek jalur kereta api yang bertujuan untuk menghubungkan langsung Johor Bahru di Malaysia dengan Singapura, mengurangi kemacetan di Causeway, dan meningkatkan konektivitas lintas batas. Proyek ini diperkirakan akan beroperasi pada akhir tahun 2026.

“Ini memperlihatkan bahwa kerjasama antara Sijo (Singapura-Johor) masih terus terjalin. Nah bagaimana dengan kita atau katakanlah dalam istilah itu Kepulauan Riau sebagai ‘ri’ nya? Perkembangan di Johor saat ini jangan kita jadikan sebagai ancaman. Namun kita harus bisa mengambil manfaatnya, sehingga kerjasama tiga negara yang disebut Sijori itu bisa tumbuh kembali,” ujar Sigit, kepada perwakilan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kota Batam, yang menggelar kegiatan Safari Jurnalistik di kantor Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Johor Bahru, Kamis (3/7/2025).

Gesa Pengoperasian Roro Batam-Johor

Pihaknya saat ini juga terus berupaya menumbuhkan kerjasama tersebut. Salah satunya, dengan mendorong rencana pembukaan jalur pelayaran roll-on/roll-off (roro) Batam-Johor, Malaysia, yang telah digagas sejak dua tahun lalu bisa segera terealisasi.

Rute roro Batam-Johor direncanakan akan menghubungkan Terminal Bintang 99 Persada Batam dengan Pelabuhan Tanjung Belungkor di Johor. Estimasi jarak antar pelabuhan adalah 49,68 km, menjadikannya jalur yang efisien untuk transportasi laut kedua negara. Pelabuhan Bintang 99 Persada memiliki akses yang dekat dengan pusat perdagangan Batam dan dibekali sarana dan prasarana yang mumpuni.

Tanjung Belungkor sebelumnya berfungsi sebagai jalur laut menuju Singapura, namun berhenti beroperasi sejak 2019 dan terhenti sepenuhnya akibat pandemi COVID-19. Kini, pelabuhan itu siap difungsikan kembali dengan tujuan baru, yakni Batam.

Alasan pemilihan Batam menurut Sigit, karena statusnya sebagai kawasan perdagangan bebas dan logistik. Potensi lalu lintas kendaraan juga besar. Sigit menyebutkan, sekitar empat juta mobil dari Singapura masuk ke Johor setiap tahunnya.

“Walau hanya sepuluh persen dari jumlah itu yang masuk ke Batam, dampaknya luar biasa. Apalagi kalau mereka membawa kendaraan sendiri, pasti menginap lebih lama. Capek kalau hanya satu malam, paling tidak dua malam. Dengan kata lain, perputaran ekonomi akan semakin membaik,” katanya.

Begitu juga sebaliknya, banyak potensi juga yang bisa dibawa masyarakat Batam ke Johor. Waktu tempuh yang hanya memakan waktu 2 jam, banyak usaha masyarakat yang bisa dikembangkan dengan sasaran ialah masyarakat Johor. Seperti di bidang otomotif atau usaha laundry yang menyasar perhotelan yang ada di Johor. Bahkan, para pelaku usaha tour and travel yang ada di Batam juga bisa menjemput para tamunya langsung ke Malaysia, serta banyak hal lainnya yang bisa dimanfaatkan.

“Terminal dan fasilitas penunjang juga telah tersedia. Rencana ini juga sudah dibahas dalam pertemuan antara Perdana Menteri Malaysia dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Sekarang ini tengah membahas bagaimana regulaasinya,” lanjut Sigit.

Ia juga tidak menampik kekhawatiran akan potensi penyelundupan barang, narkotika, hingga perdagangan orang melalui jalur ini akan semakin tinggi. Namun menurutnya, kekhawatiran tersebut tak relevan jika dikaitkan langsung dengan operasional kapal roro.

“Penyelundupan itu sudah terjadi meski belum ada kapal roro. Jadi bukan roro-nya yang menyebabkan. Tinggal nanti bagaimana mekanisme yang harus diterapkan dalam hal pengawasan,” terangnya.

Upayakan Malaysia Rekrut Tenaga Perawat dari Kepri

Di samping itu, langkah lainnya yang tengah dilakukan, ialah mendorong agar rumah sakit yang ada di Malaysia bisa merekrut tenaga perawat dari Indonesia. Sebab, saat ini Rumah Sakit di Malaysia mengalami kekurangan tenaga perawat sehingga banyak melakukan perekrutan dari India.

Kondisi ini sangat disayangkan, mengingat hampir 90 persen pasien yang berobat di Malaysia berasal dari Indonesia. “Ini yang tengah kita upayakan, bagaimana kita mengambil kesempatan agar tenaga perawat kita bisa direkrut di Rumah Sakit Malaysia, terutama untuk wilayah Kepri,” lanjut Sigit.

Apa yang harus dilakukan? Tentunya harus meningkatkan kualitas SDM sendiri, sehingga bisa bersaing di kancah Internasional. Apalagi, di Kepri sendiri memiliki banyak tenaga perawat, namun harus tetap dibekali dengan berbagai skill terutama dalam berbahasa Inggris.

“Jika kekurangannya dari segi tidak bisa berbahasa Inggris, itu bisa dilakukan pelatihan terlebih dahulu. Namun sekarang ini yang harus jadi pertanyaan, kita mau atau tidak? Jika ini bisa terlaksana, tentunya juga bisa meningkatkan status PMI tidak hanya sebagai ART, buruh dan lainnya,” papar Sigit.

Sementara itu, Sekretaris PWI Batam, Romi Candra, menilai, berbagai upaya tersebut tentunya harus didukung oleh semua pihak. PWI juga harus mengambil peran dalam mengembalikan kerjasama Sijori ini. Salah satunya, dengan membantu pemerintah sebagai penyambung lidah pemerintah untuk disampaikan kepada masyarakat tentang kebijakan-kebijakan yang dilakukan.

“Ini juga menjadi PR kami untuk membantu pemerintah, agar Sijori ini bisa diimplementasikan secepatnya. Dengan pemberitaan yang kami terbitkan, semoga bisa menjadi perhatian pemerintah, sehingga hal ini menjadi prioritas utama untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, terutama di Kepri,” ucapnya.

Dengan pertemuan tersebut, juga lahir kerjasama antara KJRI Johor Bahru dengan PWI Batam, dalam hal bagaimana menjamin kesejahteraan masyarakat Indonesia yang mencari nafkah di Malaysia.

“Dari segi kebijakan demi kepentingan masyarakat, tentunya akan dilakukan oleh KJRI. Nah, agar kebijakan tersebut sampai kepada masyarakat, ini menjadi tugas PWI Batam. Kami juga akan terus menjalankan fungsi sebagai kontrol sosial, jika ada kebijakan yang pada akhirnya justru merugikan masyarakat,” tegas Romi.

Selain itu, kedatangan PWI Batam ke Malasyia juga bertujuan untuk menyaring informasi tentang bagaimana situasi masyarakat Indonesia yang bekerja di Malaysia, serta memperkenalkan destinasi wisata yang ada di Kepri agar menambah daya tarik warga Malaysia untuk berkunjung ke Kepri dan Batam secara khusus.

Komentar