BATAM – Wajah pria di hadapan kami pada Minggu sore, 25 Mei 2025, memancarkan ketegasan dan wibawa. Tatapan matanya jernih dan meneduhkan, seolah menyampaikan kebijaksanaan seorang pria yang telah selesai dengan urusan duniawinya.
Tak sedikit pun tampak sifat keakuan dari perwira tinggi TNI Angkatan Laut berpangkat Kolonel ini. Tutur katanya pun senantiasa terjaga dari kalimat yang menyinggung, apalagi merendahkan orang lain.
“Rangkul mereka. Ajak mereka untuk berubah dan menjadi wartawan sejati. Mereka juga bagian dari kita,” pesannya penuh makna.
Minggu siang yang syahdu itu, kami sengaja “berkongkalikong” dengan prajurit Arif, ajudan Asisten Potensi Maritim (Aspotmar) Lantamal IV, Kolonel Laut (KH) Uus Rohimat. Kami menyusun rencana untuk bertemu langsung dengan komandan yang dikaguminya itu.
Tepat pukul dua siang, Kolonel Uus hadir di sebuah rumah makan di bilangan Batam Kota, didampingi sahabat karibnya semasa pendidikan di Akmil, Letkol Endang.
Obrolan pun mengalir ringan, membahas banyak hal. Namun topik utama perbincangan kami adalah langkah awal Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Batam dalam mengembalikan marwah dan kepercayaan terhadap profesi wartawan di kota ini.
Saya, Kavi Anshary, Ketua PWI Batam, hadir bersama Wakil Sekretaris Fajri, Anggota Dewan Pakar PWI Kepri Henti Wahyuni, Wakil Bendahara PWI Kepri Faisal, serta Wakil Ketua Bidang Media Cyber PWI Pusat Denni Risman.
Kami sepakat untuk menghadap langsung kepada Kolonel Uus, sosok yang kami pilih sebagai penasihat pertama PWI Batam sejak organisasi profesi tertua di Indonesia ini berdiri di Batam.
“Langkah pertama kami adalah menegakkan Kode Etik Jurnalistik dan Kode Perilaku Wartawan. Kami sadar akan banyak tantangan ke depan, tapi kami tidak akan mundur selangkah pun,” ungkap saya kepada beliau.
Langkah awal itu dimulai dari keterlibatan PWI Batam dalam kasus dugaan pemerasan terhadap Kepala Sekolah SMPN 26 Batam. Kolonel yang juga bergelar Kiai Haji ini tidak langsung memberi tanggapan.
Setelah menarik napas sambil menghisap sebatang rokok ramping, ia menjawab dengan Hadis Arbain ke-34 — hadis yang sangat dikenal dan menjadi dasar dalam mengingkari kemungkaran.
“Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya (kekuasaan). Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Jika tidak mampu juga, maka dengan hatinya. Dan itulah selemah-lemahnya iman.”
“Hadis ini mengajak kita tegas dalam menegakkan kebaikan. Saya mendukung penuh langkah PWI Batam. Bila perlu, libatkan TNI AL. Ubah kemungkaran dengan kekuasaan, dengan lisan, atau setidaknya dengan hati—ubah kebencian menjadi kebaikan agar kemungkaran tidak terjadi,” kata Kolonel Uus, mantap.
Jawaban itu seketika menjadi suntikan semangat bagi kami. Semangat sebesar gunung, dengan wajah siap menghadapi tantangan dan keberanian sebesar nyali beruang.
Hampir tiga jam kami bersama, mendengarkan nasihat istimewa dari seorang kolonel yang juga seorang kiai haji. Pertemuan yang diinisiasi oleh Henti Wahyuni ini terasa begitu mewah bagi kami. Akhir pekan yang tak terlupakan.
Sebagai kenang-kenangan, kami menyerahkan sebuah karikatur wajah-wajah kami kepada Kolonel Uus dalam bingkai kebersamaan. Bukan sebagai tanda perpisahan, melainkan sebagai pengingat bahwa PWI Batam selalu terbuka dan ikhlas menerima setiap nasihat darinya — sejak pertemuan pertama kami pada Maret lalu, pelajaran pertama yang kami catat adalah kerendahan hatinya.
Pada Rabu, 27 Mei 2024, Kolonel Uus resmi menyerahkan jabatannya sebagai Aspotmar Lantamal IV Batam kepada Kolonel Laut (KH) Irfan S.Sos., M.M. Jabatan baru yang diembannya adalah sebagai Sahli D Jemen Pok Sahli Koarmafa RI.
“Saya mewakili keluarga besar PWI Batam mengucapkan selamat atas jabatan baru Kolonel Uus. Semoga amanah. Rendah hati Bapak adalah kemewahan yang tak ternilai bagi kami,” tutup saya penuh hormat.
Penulis: Kavi Anshari/ Ketua PWI Kota Batam
Komentar