BATAM – Anggota Komisi I DPR, Endipat Wijaya, menegaskan bahwa pernyataannya yang sempat menuai perhatian publik bukan ditujukan kepada relawan atau donatur yang membantu korban bencana di Sumatera.
Menurutnya, para relawan justru layak diapresiasi setinggi-tingginya atas ketulusan dan kecepatan mereka hadir di lapangan. Yang ia kritik adalah kinerja Komdigi, terutama dalam hal publikasi dan penyebaran informasi mengenai langkah-langkah penanganan bencana yang dilakukan negara.
Endipat menilai munculnya persepsi keliru di media sosial disebabkan oleh ketimpangan informasi. Bantuan relawan cepat viral, sementara kerja-kerja besar negara justru jarang terlihat.
Padahal, pemerintah telah mengerahkan anggaran triliunan rupiah, ribuan personel, posko evakuasi, logistik, dan berbagai upaya pemulihan untuk korban bencana.
“Yang saya soroti adalah lemahnya komunikasi publik. Negara bekerja besar, tetapi tidak banyak diberitakan. Akibatnya, masyarakat hanya melihat apa yang viral, bukan apa yang sebenarnya dilakukan di lapangan,” ujar Endipat.
Ia meminta Komdigi untuk lebih intens memviralkan kegiatan negara, termasuk bantuan dan penanganan yang sudah dijalankan di daerah terdampak bencana.
Menurutnya, publik berhak mengetahui bahwa pemerintah hadir sejak detik pertama, dan transparansi ini penting untuk menjaga kepercayaan masyarakat.
Endipat juga menegaskan bahwa dirinya tidak pernah berniat mengecilkan peran relawan. Ia menyebut relawan sebagai “energi kemanusiaan bangsa” yang selalu bergerak tanpa pamrih setiap kali terjadi bencana.
“Relawan bekerja dengan hati, negara bekerja dengan kewajiban. Dua-duanya penting, dan tidak boleh dipertentangkan,” tambahnya.
Dengan klarifikasi ini, Endipat berharap fokus publik kembali kepada upaya bersama dalam penanganan bencana, bukan pada salah paham yang muncul akibat potongan informasi di media sosial.
Ia menekankan bahwa yang dibutuhkan saat ini adalah kebersamaan, bukan perdebatan yang memecah perhatian dari mereka yang sedang membutuhkan bantuan.








Komentar