Nelayan Sedanau Mengeluhkan Hasil Tangkapan Menurun Akibat Kapal Cumi

Headline, Natuna2267 Dilihat

Asiapelago.com | Natuna, 8 Desember 2024 – Suara keresahan meluas di kalangan nelayan tradisional Sedanau, yang kini menghadapi penurunan hasil tangkapan laut. Aktivitas kapal cumi milik perusahaan Lengkong yang beroperasi di zona tangkapan nelayan lokal diduga menjadi penyebab utama masalah ini.

Bujang Katul, Ketua Nelayan Sedanau, dalam sebuah wawancara pada Selasa malam di sebuah warung kopi, mengungkapkan kekhawatiran yang mendalam. Ia menjelaskan bahwa kapal-kapal cumi tersebut beroperasi di wilayah 1 hingga 12 mil dari pantai, zona yang seharusnya menjadi hak eksklusif nelayan tradisional.

“Hasil tangkapan kami merosot drastis. Ini bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga soal keberlanjutan hidup kami sebagai nelayan. Pemerintah harus segera bertindak tegas untuk melindungi zona tangkapan kami,” kata Bujang Katul dengan nada penuh harap.

Menurutnya, keberadaan kapal cumi ini tidak hanya mengurangi hasil tangkapan, tetapi juga merusak ekosistem laut di perairan Sedanau. Aktivitas penangkapan berskala besar dengan alat-alat canggih dianggap mengancam keberlanjutan sumber daya laut, yang menjadi tumpuan hidup ribuan nelayan di kawasan tersebut.

Para nelayan meminta pemerintah daerah dan pihak berwenang untuk segera turun tangan. Mereka menuntut penegakan aturan zonasi laut yang melindungi hak-hak nelayan tradisional dari aktivitas kapal besar yang masuk ke wilayah tangkapan mereka.

“Kami hanya ingin keadilan. Laut ini adalah tempat kami mencari nafkah sejak lama. Jika terus begini, masa depan kami dan anak-anak kami akan terancam,” tambah salah satu nelayan yang enggan disebut namanya.

Hingga kini, belum ada tanggapan resmi dari pihak perusahaan Lengkong maupun pemerintah terkait persoalan ini. Para nelayan berharap tindakan nyata segera diambil untuk menghentikan konflik ini dan menjamin keberlanjutan hidup masyarakat pesisir.

Penurunan hasil tangkapan telah memberikan dampak langsung pada perekonomian masyarakat nelayan Sedanau. Sebagian besar penduduk bergantung pada hasil laut sebagai sumber penghidupan utama.

“Jika situasi ini terus berlanjut, tidak hanya nelayan yang akan merugi, tetapi juga pasar lokal yang menggantungkan pasokan dari hasil tangkapan kami,” ungkap Bujang Katul.

Masalah ini menjadi sorotan penting, tidak hanya bagi pemerintah, tetapi juga bagi seluruh masyarakat yang peduli pada keberlanjutan lingkungan laut dan kesejahteraan komunitas nelayan. (Red/Bani Adam)

Komentar