Brigjen Pol. Susilo Teguh Raharjo : Legacy Maha Guru

Headline, Nasional47 Dilihat

Catatan : Karo Bindiklat Lemdiklat Polri, Brigjen Pol. Dr. Susilo Teguh Raharjo

Asiapelago.com||Jakarta – Saat kita menyebut nama Ki hajar Dewantoro, Selain mengingatkan nama seorang pahlawan nasional yang merupakan salah satu pendiri Indische Partij (Partai Hindia) adalah partai politik pertama di Hindia Belanda. Partai ini didirikan pada tanggal 25 Desember 1912 oleh tiga serangkai, yaitu E.F.E Douwes Dekker, Tjipto Mangoenkoesoemo dan Koi Hajar Dewantara.

Bagi pemerhati pendidikan Indonesia, Nama Ki Hajar Dewantoro adalah tokoh dan Maha guru peletak Dasar dasar Kependidikan yang sampai sekarang menjadi salah satu Legacy Berharga bagi dunia pendidikan Indonesia. Bukan Hanya Pendidikan, beliau juga peletak dasar kepemimpinan yang ternyata erat sekali dengan kependidikan.

Sejauh mana hubungan kepemimpinan dengan kependidikan. Banyak pendapat bahwa di dalam pendidikan diletakkan dasar – dasar jiwa pemimpin, dan seorang guru harus bisa menjadi pemimpin. Alasannya adalah tidak akan menjadi seorang guru kalau segala perilakunya bukan perilaku yang dapat di contoh dan diteladani, tidak dapat ditiru.

Bahkan dalam bahasa jawa sebuah Jarwo dosok atau kerotoboso menyebutkan “Guru” bermakna Iso di gugu lan iso ditiru (bisa di percaya dan dijadikan teladan).

Kita pasti masih ingat dan familier dengan Kalimat yang menjadi moto pada lambang Pendidikan Indonesia, yaitu “ Tut Wuri Handayani” namun selain kalimat tersebut masih ada dua kalimat pendamping, yang berhubungan dengan kepemimpinan dan kependidikan yaitu “Ing ngarsa sung tulodho”, (di depan menjadi teladan/contoh/panutan, Ing Madya Mangun Karsa” (ditengah memberikan / membangun semangat).

Kalimat ini Menekankan pentingnya seorang pendidik untuk menjadi pusat motivasi & inspirasi bagi para murid-muridnya, demikian juga seorang pemimpin. Jika kita masih ingat kata – kata mutiara Panglima besar Sudirman salah satunya adalah “Tempatku yang terbaik adalah di tengah-tengah anak buah”. Sejalan dengan “pituduh dan petuah” Ki Hajar Dewantoro yang dilegendakan oleh dunia pendidikan dan menjadi salah satu Azas kepemimpinan.

GURU DAN PEMIMPIN.
Sepertinya antara guru dan pemimpin tidak ada hubungannya. Tetapi jika dicermati sangat erat sekali.

Setiap guru harus dapat bertindak sebagai pemimpin, karena dia bukan sekedar mengajarkan ilmu, tetapi juga membentuk Moral, salah satunya dengan memberi contoh berperilaku. Demikian juga seorang pemimpin, dia harus dapat menjadi teladan bagi anak buah yang dipimpinnya, Penjelasan ini sesuai dengan kalimat “Ing Ngarsa Sung Tulodho.

Guru saat melaksanakan tugasnya harus dapat menyemangati, memotivasi para anak didiknya agar terus belajar dengan keras supaya menjadi orang yang bermoral, berilmu, dan terampil untuk masa depan dirinya dan bangsanya. Demikian juga dengan Pemimpin dia harus bisa menyemangati anak buahnya, bukan hanya sekedar memerintah, bahkan menghukum saja.

Tat kala anak buah sedang dalam masalah harus mampu berempati agar anak buahnya tidak terpuruk, bahkan putus asa. tentu persamaan ini sejalan dengan kalimat Ing madya mangun Karsa.

Setiap pendidik, guru dan orang tua harus bisa memfasilitasi, mendorong dan mengarahkan potensi si anak untuk mencapai cita-citanya. Demikian juga dengan pemimpin. Bahwa setiap anggota memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda beda. Seorang pemimpin harus jeli. oleh karenanya Perhatian seorang pemimpin mutlak diperlukan, sehingga dalam kepemimpinannya. dapat mengarahkan dan mendorong anggotanya untuk bekerja sesuai potensi dan kemampuannya, tidak memaksakan kepada anggota yang memang tidak memiliki kemampuan sesuai dengan kemampuan dan kompetensinya.

Terdapat satu hal yang membedakan antara Guru dan pemimpin.
Seorang Harus mampu menjadi pemimpin, tetapi seorang pemimpin harus berguru sebelum jadi pemimpin.

Kembali kepada legacy bapak pendidikan kita.
Bahwa

  • SETIAP ORANG adalah guru;
  • SETIAP TEMPAT adalah sekolah, dan;
  • SETIAP WAKTU adalah belajar.

siapapun kita punya kewajiban mengajarkan kebaikan (sebagai guru). Dimanapun pelajaran itu diberikan atau di dapatkan. Bahwa siapapun dapat menggali ilmu dan pelajaran Bisa di manapun. Banyak contoh dan perbuatan baik sering kita temuai pada tempat yang dengan tidak sengaja kita mendapatkannya, bahkan pelajaran yang tidak baik pun demikian.

Dan kapanpun pelajaran dan ilmu itu di dapat, setiap saat dapat terjadi transfer pengetahuan.

Oleh sebab itu tergantung dari pada kita semua, mau memberikan contoh yang baik atau yang buruk, kembali kepada diri kita. Contoh baik yang kita berikan dan diikuti oleh orang lain, maka nilai kebaikan yang akan kita dapatkan. dan jika contoh jelek yang kita tunjukkan dan diikuti orang lain maka akan menjadi nilai keburukan pada kita dan yang mengikutinya, bahkan sebagai orang beragama akan menjadi penyebar dosa.

Bahwa di manapun saja kita bisa mentransfer ilmu tidak hanya di sekolah, pasar, mall, dimana saja. Perilaku kita berpotensi dilihat dan mungkin diikuti orang lain.

Sejatinya Warisan dari bapak pendidikan kita Ki Hajar Dewantara, merupakan legacy sang Maha Guru Bangsa.

Aemoga kita jadi guru dan pemimpin yang bisa bertindak, menempatkan diri dan berperilaku Ing nGarsa Sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karsa dan Tut Wuri Handayani, bagi anak didik dan anggota / bawahan kita.

Komentar